Orang Miskin Pilih Rokok

Orang Miskin Pilih Rokok

Harga Khusus buat Perokok Miskin

Rokok Tolak Miskin berkategori Sigaret Kretek Tangan atau SKT golongan tiga. Sebagaimana lazimnya rokok SKT golongan tiga, rokok Tolak Miskin harganya juga sudah pasti di bawah 10k.

Saya membeli rokok Tolak Miskin di Tobeko Jalan Damai. Harganya 8500. HJE di pita cukainya 7275. SKT ini bikinan PR Galih Jati Sakti, Kudus.

Video: Warga RI Mau Good Looking, Industri Kosmetik RI Makin Glowing

Flyer Hari Tanpa Tembakau Sedunia

(JAKARTA) -- Sebanyak 7,8 juta perokok dari mayarakat miskin yang lebih memilih membeli rokok dibandingkan memilih bahan makanan sehat dan bergizi.

Data Badan Pusat Statistitk (BPS) menunjukkan rokok merupakan pengeluaran kedua tertinggi setelah beras, sebesar 11,9 persen di perkotaan, dan 11,2 persen di pedesaan.

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengemukakan hal tersebut pada pembukaan Indonesian Conference on Tobacco or Health (ICTOH) ke-8 di Magelang, Jawa Tengah, Selasa - Kamis (30/5 - 1/6/2023).

Konferensi yang mengangkat tema We Need Food, Not Tobacco ini dimaksudkan untuk memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) yang jatuh pada 31 Mei 2023.

Saat ini, jumlah perokok Indonesia menempati posisi ketiga dunia, setelah India dan Cina.

Lebih lanjut Budi menjelaskan jumlah perokok sudah lebih 65 juta orang. Banyaknya perokok ini tidak hanya berdampak kepada kesehatan masyarakat, namun juga menyebabkan perubahan ekonomi kesehatan di indonesia.

"Diperkirakan kerugian akibat rokok ini sebesar Rp 17,9 - 20 triliun," kata Budi.

Pemerintah, kata Budi, telah berupaya untuk menurunkan jumlah perokok dengan berbagai kebijakan. Di antaranya, edukasi, penguatan layanan berhenti merokok, implementasi kawasan tanpa rokok, pelarangan penjualan rokok batangan, pembatasan iklan, promosi, dan sponsorship rokok.

Menurut Budi, peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) 2023 yang mengusung tema 'Kami Butuh Makanan Pokok, Bukan Rokok' merupakan langkah tepat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya makanan sehat dan bergizi dibanding rokok.

“Saya menghimbau semua stakeholder daerah dan pusat, tokoh masyarakat, tokoh agama dan seluruh masyarakat untuk berperan aktif mendukung pengendalian konsumsi rokok," harap Budi.

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu fakta menggelitik adalah soal pembelian rokok oleh masyarakat miskin. Mereka, yang susah payah mencari uang untuk hidup sehari-hari, lebih memilih membeli rokok dibanding makanan bergizi.

Fakta ini kemudian diperkuat oleh temuan Badan Pusat Statistik. Dalam laporan BPS per Maret 2023, rokok menjadi salah satu sumbangan terbesar pada garis kemiskinan, baik di perkotaan atau pedesaan.

Lalu, apa alasan sebenarnya di balik keputusan pembelian rokok oleh masyarakat miskin?

Perlu diketahui, sebenarnya permasalahan seperti ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di belahan bumi lain. Sebut salah satunya Amerika Serikat  (AS).

Pada tahun 2008 perusahaan konsultan Gallup Poll melakukan survey terhadap 75.000 perokok di AS. Hasilnya menunjukkan kalau orang yang berpenghasilan kurang dari US$ 24.000 setahun lebih banyak menghisap rokok ketimbang orang berpenghasilan lebih dari US$ 90.000 setahun.

Atas permasalahan ini, Professor Standford University, Keith Humphreys, menulis kepada Washington Post beberapa penyebabnya.

Menurutnya biang masalahnya adalah lingkungan. Orang-orang kaya perokok memiliki peluang lebih besar mendapat dukungan lingkungan untuk berhenti merokok. Jika berniat untuk berpaling dari tembakau, maka mereka bisa masuk dalam jaringan pertemanan yang sehat.

Sedangkan ini tak terjadi di kelompok kelas bawah. Mereka sulit menemukan lingkungan yang mendukungnya terlepas dari rokok. Akibatnya mereka terus merokok dan menjadi candu.

Selanjutnya, Keith juga mengaitkan masalah ini dengan depresi. Merokok membuat tubuh manusia merasakan efek dopamin sehingga lebih bahagia, tenang, dan senang. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh orang-orang kelas bawah untuk mendapat kebahagiaan berlebih. Jadilah mereka akan terus merokok agar terlepas dari depresi.

"Mereka juga mungkin menghadapi tantangan dalam mengakses perawatan untuk masalah kesehatan mental yang terjadi bersamaan (misalnya, depresi) yang membuat berhenti merokok menjadi lebih sulit," katanya.

Hal ini tidak terjadi di kelompok kelas atas. Jika mereka depresi, rokok hanya jadi salah satu alternatif penghilang. Sebab, mereka punya sumber daya untuk mendapat akses pengobatan kesehatan mental yang tidak murah.

Tak hanya disebabkan oleh perilaku manusianya, kebiasaan ini juga diakibatkan oleh perusahaan rokok yang terkadang tidak bermoral. Hal ini diungkap Megan Sandel dan Renée Boynton-Jarrett dalam opininya di CNN International.

Mereka tidak menampik kalau lingkungan dan faktor ekonomi menjadi biang masalah peningkatan konsumsi rokok di kalangan orang miskin. Namun, faktor ini jangan sampai melupakan pengaruh dari perusahaan rokok itu sendiri.

Pabrik rokok menargetkan lingkungan berpenghasilan rendah dengan menyebarkan lebih banyak ikan rokok. Industri juga menargetkan secara khusus rokok kepada kaum muda di lingkungan sosial ekonomi yang rendah.

Tak hanya itu permasalahan ini juga bisa dilihat dari sisi psikologi sebagaimana dipaparkan Morgan Housel dalam The Psychology of Money (2020).

Housel mengambil contoh pada kasus pembelian lotere oleh masyarakat miskin atau berpenghasilan rendah. Dalam temuan Housel diketahui mereka ternyata mengalokasikan khusus pengeluaran untuk membeli lotere sebanyak 4 kali lipat daripada masyarakat berpenghasilan tinggi.

Hal ini bisa terjadi, menurut Housel, karena mereka tak mampu membeli hal-hal yang dimiliki orang kaya. Mereka tak bisa mengakses rumah mewah, mobil bagus, liburan ke pantai, atau sekedar berkunjung ke pusat perbelanjaan. Alhasil, satu-satunya cara mendapat kemewahan yang bisa dilakukan adalah membeli lotere.

Kasus lotere ini bisa disamakan dengan kasus pembelian rokok. Jika mengacu pada kasus serupa, maka alasan orang miskin membeli rokok dari sisi psikologi karena itulah satu-satunya cara mendapat kemewahan.

Saksikan video di bawah ini:

Menawarkan Rasa dan Aroma Kopi yang Sedap

Batangannya saat ditempelkan di hidung beraroma kopi. Harum kopi banget.

Panjang batangannya berukuran standard rokok SKT. Panjangnya sekira 84mm. Kertas batangannya bergaris patern melingkar dengan batas isap diberi border warna coklat dengan garis tipis di tengahnya berwarna oren yang senada jika dipadupadankan dengan warna desain kemasannya. Ada tulisan Tolak Miskin melingkari batangannya.

Tarikannya mantap sebagaimana lazimnya rokok SKT. Rasanya nikmat buat teman minum kopi. Rasa kopinya krasa mulai isapan pertama hingga akhir. Hanya saja, ada rasa langu yang menyeruak tipis. Walaupun tipis tapi tetep aja krasa.

Saat diisap cepat atau diisap dalam, muncul juga rasa sepet dan rasa pedasnya walaupun tipis juga. Yang lebih terasa tentu saja aroma dan rasa kopinya.

Jika batangannya yang sedang menyala ditaruh di atas asbak, aroma kopinya menguar. Krasa banget tercium di hidung. Anda bisa menjadikan batangan rokok ini sebagai pengganti dupa aroma terapi. Niatkan saja aroma terapi sebagai penolak miskin. Tapi ini saya serius, aroma kopi pada rokok ini memang sangat sedap.

Bahkan aroma kopi rokok ini sekilas mirip dengan aroma rokok Djarum Istimewa Kopi Hitam. Sekilas saja, ya. Karena rokok Tolak Miskin jika dibandingkan head to head dengan rokok Djarum Istimewa Kopi Hitam, aroma kopinya lebih rendah. Aroma kopi rokok Djarum Istimewa Kopi Hitam lebih tajam.

Untuk rasa langunya, menurut saya, mungkin dalam batangan rokok ini ada campuran tembakau mudanya. Mungkin lho, ya. Silakan para ahli tembakau memberikan pendapatnya. Karena saya cuma bisa nyicip dan bukan kapasitas saya juga menilai jenis-jenis tembakau.

Saya hanya menebak saja karena biasanya tembakau muda memang berasa langu. Dalam batangan rokok ini ada juga sih rasa gurihnya tapi tipis banget. Rasa gurihnya rada ketutup sama rasa langunya.

Rokok Kelas Kantong Tipis

Secara keseluruhan rokok ini masih masuk dan bisa jadi rekomendasi alternatif rokok rasa kopi.

Untuk rasa dan aroma rokok Tolak Miskin saya beri nilai 7 dari 10. Rokok ini sedap buat teman ngopi. Dan cocok sebagai hiburan karena bisa jadi bahan candaan menolak kemiskinan. Jika sudah bercanda maka muncul kegembiraan yang bisa membuat kita sehat. Setelah sehat, bisa saja kita jadi kaya dan tidak miskin lagi. Minimal kaya hati.

Kelemahan rasa rokok ini hanya ada pada rasa langunya yang rada menganggu. Selebihnya sih untuk harga yang di bawah 10k sudah termasuk ke dalam jajaran rokok enak.

Saya kira, Pabrik Rokok Galih Jati sudah benar memproduksi rokok Tolak Miskin. Karena produk rokok ini memang dibuat khusus untuk perokok kelas kantong tipis yang membutuhkan hiburan. Membutuhkan harapan. Atas kehidupan yang carut marut akhir-akhir ini. Kehidupan yang membuat rakyat kecil makin miskin.

Jika orang miskin merokok rokok Tolak Miskin harapannya tentu bisa membangkitkan semangat untuk terus giat bekerja. Karena giat bekerja adalah jalan agar bisa menjadi kaya. Minimal bisa cukup untuk membeli rokok ini. Anda kepingin kaya? Coba saja rokok Tolak Miskin.

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada dua komoditas dalam kategori makanan dan minuman yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan pada Maret 2023. Dua komoditas ini adalah beras dan rokok kretek filter.

Komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan tersebut, baik di perkotaan maupun di perdesaan, pada umumnya hampir sama.

"Beras masih memberi sumbangan terbesar, yakni sebesar 19,35 persen di perkotaan dan 23,73 persen di perdesaan," ungkap laporan Angka Kemiskinan BPS, dikutip Selasa (18/7/2023).

Posisi kedua ada rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap garis kemiskinan, yakni 12,14 persen di perkotaan dan 11,34 persen di perdesaan).

Komoditas lainnya adalah daging ayam ras, yakni 4,53% di perkotaan dan 2,93% di perdesaan dan disusul oleh, telur ayam ras sebesar 4,22% di perkotaan dan 3,34% di perdesaan.

Selanjutnya ada mie instan sebesar 2,56% di perkotaan dan 2,24% di perdesaan, gula pasir sebesar 1,69% di perkotaan dan 2,35% di perdesaan), dan seterusnya.

Lalu, BPS mencatat komoditas bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar, baik pada garis kemiskinan diperkotaan dan perdesaan, adalah perumahan sebesar 8,81% di perkotaan dan 8,38% di perdesaan, bensin sebesar 3,96% di perkotaan dan 3,78% di perdesaan, dan listrik sebesar 3,10% di perkotaan dan 1,78% di perdesaan.

Urutan selanjutnya adalah sumbangan dari pendidikan; perlengkapan mandi; perawatan kulit, muka, kuku, dan rambut; sabun cuci; serta pakaian jadi perempuan dewasa.

Sekretaris Utama BPS Atqo Mardiyanto mengakui bahwa harga komoditas yang naik pada periode September 2022 hingga Maret 2023 antara lain, beras yang naik 9,83%, tepung terigu naik 2,57%, cabai rawit naik 3,87% dan ikan kembung naik 2,52%.

sementara itu, harga komoditas yang turun adalah cabai merah turun 29,90%, telur ayam ras turun 2,3%, minyak goreng turun sebesar 0,48%, dan daging ayam ras 0,27%.

"Perpaduan social ekonomi masyarakat yang membaik, penyaluran bansos dan perkembangan harga pangan mempengaruhi Kondisi kemiskinan pada Maret 2023," tegasnya.

Saksikan video di bawah ini:

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani pada Kamis (3/11/2022) pernah mengatakan konsumsi rokok oleh masyarakat miskin cenderung tinggi. Konsumsi rokok berada di posisi kedua tertinggi setelah beras.

"Ini (rokok) kedua tertinggi sesudah beras, melebihi konsumsi protein seperti telur dan ayam, serta tahu dan tempe," katanya, dikutip Detik (21/02/2023)Fakta ini cukup menggelitik. Kita mengetahui kalau mereka susah payah mencari uang untuk hidup sehari-hari. Dan ternyata uang tersebut dialihkan untuk membeli rokok, alih-alih makanan bergizi. Mengapa demikian?

Foto: Penjualan Rokok Murah (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Permasalahan seperti ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di belahan bumi lain. Sebut salah satunya Amerika Serikat.

Pada tahun 2008 perusahaan konsultan Gallup Poll melakukan survey terhadap 75.000 perokok di AS. Hasilnya menunjukkan kalau orang yang berpenghasilan kurang dari US$ 24.000 setahun lebih banyak menghisap rokok ketimbang orang berpenghasilan lebih dari US$ 90.000 setahun.

Atas permasalahan ini, Professor Standford University, Keith Humphreys, menulis kepada Washington Post beberapa penyebabnya.

Menurutnya biang masalahnya adalah lingkungan. Orang-orang kaya perokok memiliki peluang lebih besar mendapat dukungan lingkungan untuk berhenti merokok. Jika berniat untuk berpaling dari tembakau, maka mereka bisa masuk dalam jaringan pertemanan yang sehat.

Sedangkan ini tak terjadi di kelompok kelas bawah. Mereka sulit menemukan lingkungan yang mendukungnya terlepas dari rokok. Akibatnya mereka terus merokok dan menjadi candu.

Selanjutnya, Keith juga mengaitkan masalah ini dengan depresi. Merokok membuat tubuh manusia merasakan efek dopamin sehingga lebih bahagia, tenang, dan senang. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh orang-orang kelas bawah untuk mendapat kebahagiaan berlebih. Jadilah mereka akan terus merokok agar terlepas dari depresi.

"Mereka juga mungkin menghadapi tantangan dalam mengakses perawatan untuk masalah kesehatan mental yang terjadi bersamaan (misalnya, depresi) yang membuat berhenti merokok menjadi lebih sulit," katanya.

Hal ini tidak terjadi di kelompok kelas atas. Jika mereka depresi, rokok hanya jadi salah satu alternatif penghilang. Sebab, mereka punya sumber daya untuk mendapat akses pengobatan kesehatan mental yang tidak murah.

Foto: Rokok Tembakau (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Tak hanya disebabkan oleh perilaku manusianya, kebiasaan ini juga diakibatkan oleh perusahaan rokok yang terkadang tidak bermoral. Hal ini diungkap Megan Sandel dan Renée Boynton-Jarrett dalam opininya di CNN.

Mereka tidak menampik kalau lingkungan dan faktor ekonomi menjadi biang masalah peningkatan konsumsi rokok di kalangan orang miskin. Namun, faktor ini jangan sampai melupakan pengaruh dari perusahaan rokok itu sendiri.

Pabrik rokok menargetkan lingkungan berpenghasilan rendah dengan menyebarkan lebih banyak ikan rokok. Industri juga menargetkan secara khusus rokok kepada kaum muda di lingkungan sosial ekonomi yang rendah.

Orang miskin, rokok, dan psikologi keuangan

Untuk memahami fenomena rokok dan orang miskin, kita juga bisa melihatnya menggunakan lensa psikologi.

Morgan Housel, penulis buku The Psychology of Money, menulis bagaimana tiket lotere di Amerika Serikat paling banyak dibeli oleh golongan masyarakat berpenghasilan rendah. Bahkan, pengeluaran mereka untuk lotere 4 kali lipat lebih banyak daripada kelompok berpenghasilan tinggi.

Hal ini mungkin tak masuk akal bagi Anda, tapi tidak buat mereka. Dan, motivasi di balik perilaku tersebut bisa jadi sama persis dengan apa yang dilakukan orang miskin terhadap rokok.

Masyarakat berpenghasilan rendah tak mampu membeli hal-hal yang dimiliki orang kaya, seperti rumah yang nyaman, mobil bagus, liburan ke Bali, atau menyekolahkan anak di sekolah internasional.

Satu-satunya bentuk 'kemewahan' yang mampu mereka beli adalah rokok, atau lotere dalam kasus lain.

Saksikan video di bawah ini:

Rokok Tolak Miskin sebagai Bahan Candaan

Siapapun yang masuk ke warung rokok atau toko kelontong akan kaget saat tahu ada rokok dengan merk Tolak Miskin. Bakulnya saja tertawa saat saya tanya tentang penamaan rokok ini.

Awal mula saya tahu rokok ini karena sempat viral di jagad X. Sehingga dengan cepat beberapa warung yang punya stok rokok Tolak Miskin segera saja diserbu pembeli dan kehabisan stok. Warung rokok yang sebelumnya tidak pernah menjual dan tidak tahu ada rokok Tolak Miskin biasanya akan melongo saat ditanya, “Bu, ada rokok Tolak Miskin?”

“Heh, rokok apa kuwi, Mas?” pemilik warung yang ditanya malah balik bertanya. Dia kira yang bertanya sedang mengajaknya bercanda. Ada ada saja.

Secara penampakan, desain kemasan rokok Tolak Miskin berkesan klasik. Terutama warna dasarnya yang terakota. Pada bagian tengahnya ada bentuk serupa logo. Di dalamnya pada bagian atas ada tulisan Kretek Tradisional yang diletakkan di atas bentangan daun tembakau. Sedangkan pada bagian bawahnya lagi ada nama brand Tolak Miskin dengan Font berukuran besar, bergaya jadul.

Asyik juga. Perpaduan warna terakota dan hitam pada warna dasar logonya memberi kesan warnanya jadi klasik. Tradisional. Di luar bentuk logo ada garis-garis arsir seperti “sinar matahari” berwarna putih.

Penampakan desain kemasannya pada bagian depan maupun belakangnya sama saja. Sama-sama menekankan penolakan pada kemiskinan dengan cara tradisional. Hal itu makin jadi penegasan karena bentuk ukuran font-nya juga sengaja dibuat lebih besar: Tolak Miskin.

Perpaduan warnanya yang kalem dan berkesan klasik, membuat bungkus rokok ini akan terasa unik jika diletakkan di atas meja saat nongkrong bareng teman-teman saat ngopi di kafe atau warung kulineran. Dan saya yakin bakal membuat orang makin penasaran saat melihatnya di atas meja.

Untuk desain kemasannya saya beri nilai 8 dari 10. Antik banget. Apalagi merek Tolak Miskin-nya terlihat jelas saat bungkusnya diletakkan di atas meja.

Video: Simak Harga Baru Eceran Rokok Putih!

Pada suatu hari, dua orang tetangga penulis sedang bercakap-cakap di pinggir jalan. Kebetulan mereka memiliki kemampuan ekonomi yang berbeda yakni seorang pejabat sehingga secara ekonomi termasuk golongan mampu dan satunya kurang mampu.”Ajaran Islam itu memerintahkan umatnya agar menjadi umat yang kaya, sebab Islam mengajarkan adanya zakat, infak, sedekah, ibadah haji, dan lain-lain. Bahkan, saat akan shalat pun harus tersedia air dan pakaian untuk menutup aurat yang tentu saja membutuhkan dana untuk membelinya,” kata tetangga yang mampu itu sembari tersenyum.Namun, tetangga yang kurang mampu hanya tertawa lebar mendengarnya. Lalu dia menjawab, “Belum tahu ya… kalau seseorang yang kurang mampu seperti saya akan lebih cepat masuk surga karena pemeriksaannya sebentar. Kalau kaum kaya pasti lama pemeriksaan di akhirat sebab hartanya melimpah, apalagi kalau diperoleh dari jalan korupsi dan manipulasi,” jawabnya.Lantas dia menimpali, “Saya juga orang kaya sebab banyak mobil saya berseliweran di jalan. Tinggal saya tunjuk pasti berhenti. Maksudnya, angkutan kota (angkot),” katanya tertawa ditimpali tertawa lebar dari tetangga yang kaya tersebut.Pertanyaannya, mana yang lebih utama menjadi kaum Muslimin yang kaya atau orang fakir? Tentu kalau kita ditanya masalah itu pasti menginginkan menjadi orang yang kaya. Sesungguhnya dalam ajaran Islam, kedua kelompok itu memiliki kelebihan, kebaikan, termasuk kekurangannya masing-masing.Suatu hari, orang-orang miskin (dari para sahabat Rasulullah) pernah datang menemui Nabi Muhammad SAW. untuk mengadukan nasibnya.”Ya Rasulullah, orang-orang (kaya) yang memiliki harta berlimpah bisa mendapatkan kedudukan yang tinggi (di sisi Allah) dan kenikmatan yang abadi (di surga). Mereka melaksanakan shalat seperti kami melaksanakan shalat dan mereka berpuasa seperti kami berpuasa, tetapi mereka memiliki kelebihan harta yang mereka gunakan untuk menunaikan ibadah haji, umrah, jihad, dan sedekah, sedangkan kami tidak memiliki harta.” (Al-Bukhari Hadits No. 807 dan 5.970 dan Muslim Hadis No. 595)Dari hadits itu, kita bisa menarik benang merah kalau keutamaan orang-orang kaya adalah dapat melakukan ibadah yang tidak bisa dilakukan orang miskin.Ulama terkenal, Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani berkata, “Dalam hadits ini (terdapat dalil yang menunjukkan) lebih utamanya orang kaya yang menunaikan hak-hak (Allah) pada (harta) kekayaannya dibandingkan dengan orang miskin karena berinfak di jalan Allah (seperti yang disebutkan dalam hadits di atas) hanya bisa dilakukan oleh orang kaya.” (Kitab Fathul Baari)Namun, jangan salah juga dalam menyikapi kondisi kemiskinan, sebab orang miskin dalam pandangan Islam juga memiliki keutamaan. Rasulullah SAW. bersabda kepada Aisyah RA.,”Mereka (orang-orang miskin) lebih dahulu 40 masuk ke surga sebelum orang-orang kaya. Wahai Aisyah, janganlah engkau menolak (tidak memberi) seorang miskin walaupun dengan setengah butir kurma! Wahai Aisyah, cintailah orang-orang miskin dan mendekatlah kepada mereka, maka Allah akan mendekatkanmu pada-Nya di Hari Kiamat.” (HR. at-Tirmidzi)Sahabat Abu Dzar RA. berkata,”Rasulullah berwasiat padaku agar mencintai orang-orang miskin dan mendekat pada mereka.” (HR. Imam Ahmad)Bahkan, ada doa nabi yang berkaitan dengan kaum miskin ini yakni,”Ya Allah, hidupkanlah aku sebagai orang miskin, matikanlah aku sebagai orang miskin, dan bangkitkanlah aku sebagai orang-orang miskin pula.”Sesungguhnya seorang Muslim wajib meyakini hidup di dunia dan akhirat tidak akan selamat apabila tidak menaati perintah Allah dan rasul-Nya. Apabila seorang Muslim ditakdirkan Allah memiliki kewenangan dan kekuasaan sehingga berpeluang melakukan korupsi, tetapi tidak dilakukannya karena takut kepada Allah. Dia tidak hanya berpikir dan bertindak untuk waktu sekejap di dunia atau sekadar mengejar kekayaan dan kesejahteraan semu di dunia ini.Sebaliknya apabila Anda diamanahi sebagai pemimpin apa pun tingkatannya, harus digunakan sebagai jalan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Caranya dengan memberdayakan, peduli, dan mengangkat harkat derajat kaum yang tak beruntung. Meskipun pemerintah sudah menggulirkan berbagai kebijakan pro-kemiskinan seperti Jamkesmas, Jamkesda, Raskin, Keluarga Harapan, Bantuan Operasional Sekolah (BOS), maupun bantuan siswa miskin, tetap saja belum bisa mengangkat kehidupan masyarakat miskin. Sungguh ironis ketika kaum tak beruntung belum bisa dipenuhi kebutuhan hidup minimalnya. Namun, para pejabat yang mengurusi kaum miskin malah sebaliknya, sulit menemukan pejabat yang menderita untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.Idealnya, seorang pemimpin harus berani hidup menderita bukan sebaliknya siap menjadi kaum kaya baru. Jangan berpesta di atas penderitaan lingkungannya. Seraplah suara-suara rakyat yang kadang berkata, “Dalam hidup ini untuk mencari yang haram susah apalagi yang halal.” Akhirnya mereka mencari jalan pintas sebatas untuk mencukupi kebutuhannya. Mereka kurang paham dengan ajaran agamanya, tetapi setiap hari selalu membaca dan mendengar berita soal korupsi dan manipulasi sehingga pemikirannya dipenuhi dengan buruk sangka (suuzan).Kaum yang diberikan kemudahan dalam mencari rezeki Allah sepantasnya bahkan seharusnya jangan langsung dicap sebagai kaum pencinta dunia, apalagi jauh dari Allah. Ajaran Islam tidak melarang umatnya untuk menjadi kaya bahkan dianjurkan untuk kaya. Persoalannya bukan kaya atau miskin, melainkan bagaimana kita mendapatkan kekayaan itu lalu bagaimana membelanjakannya? Kedua, pertanyaan mengenai harta itu akan dikemukakan Allah di persidangan akhirat kelak. Cara mendapatkan kekayaan harus halal dan bersih serta pengeluarannya harus di jalan yang baik. Kita tak bisa membelanjakan harta hasil korupsi di jalan agama Allah, misalnya dengan menyumbang masjid atau pesantren meski alasannya untuk membersihkan diri.Harta yang dibersihkan dengan dana zakat, infak, dan sedekah adalah harta yang dari awalnya didapat dengan cara-cara yang halal. Hanya, dalam harta itu masih terdapat bagian kaum lain yang kurang mampu sehingga wajib kita sisihkan dan bersihkan. Selama ini ada kesan kalau ibadah seperti zakat, infak, sedekah, haji, maupun umrah merupakan pembersih dari harta kita yang didapat dengan cara yang kurang baik.Tentu bagi kaum yang kurang beruntung juga harus mewaspadai adanya peringatan dari Nabi Muhammad SAW. yang menyatakan, kemiskinan cenderung dekat kepada kekufuran. Seseorang yang miskin secara ekonomi lebih mudah diiming-imingi sesuatu agar melaksanakan perbuatan yang jauh dari nilai-nilai Islam. Bahkan, kaum miskin sering dimanfaatkan untuk kepentingan sesaat.Kesimpulannya, semua akan kembali kepada bagaimana menyikapinya. Rasanya kurang tepat kalau dikatakan bahwa Muslim ideal itu adalah yang miskin saja atau yang kaya saja. Yang ideal adalah yang miskin tetapi bersabar dan yang kaya tetapi banyak berinfak serta syukur. Keduanya telah dicontohkan langsung oleh Rasulullah SAW. dan para sahabatnya.Wallahu a’lam. ***H. PUPUH FATHURRAHMAN, Sekretaris Senat UIN Sunan Gunung Djati dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Pesantren Raudhatus Sibyan Sukabumi. Sumber, PIKIRAN RAKYAT Edisi Kamis 16 Februari 2012 / 23 Rabiul Awal 1433 H.

Rokok tolak miskin dengan aroma kopi moka dengan khas kretek

Kepuasan pelanggan adalah senyum kami

Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, konsumsi rokok oleh masyarakat miskin cenderung tinggi. Konsumsi rokok berada di posisi kedua tertinggi setelah beras.

Bendahara negara ini menyebut lebih banyak masyarakat miskin memilih membeli rokok ketimbang membeli sumber protein seperti telur, ayam, tahu atau pun tempe.

"Ini (rokok) kedua tertinggi sesudah beras, melebihi konsumsi protein seperti telur dan ayam, serta tahu dan tempe," katanya, dikutip dari kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (3/11/2022). Padahal sumber protein merupakan makanan yang dibutuhkan masyarakat. Di sisi lain, rokok justru meningkatkan risiko stunting dan kematian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di sisi lain juga diketahui rokok telah menjadi salah satu risiko untuk meningkatkan stunting dan kematian," ujarnya.

Konsumsi rokok di rumah tangga miskin perkotaan mencapai 12,21%. Sementara di masyarakat miskin pedesaan, persentasenya mencapai 11,36%.

Pada kesempatan itu ia mengumumkan Cukai Hasil Tembakau (CHT) untuk rokok akan naik 10% pada 2023 dan 2024. Salah satunya adalah untuk mengendalikan konsumsi dan produksi.

"Di sisi lain kita selama ini sudah menaikkan cukai rokok di dalam rangka mengendalikan konsumsi dan produksi rokok," katanya.

Menurut Sri Mulyani, kenaikan cukai rokok menyebabkan harga rokok naik. Hasilnya keterjangkauan masyarakat terhadap rokok juga menurun. Langkah ini diharapkan bisa menurunkan jumlah konsumsi rokok.

"Tahun-tahun sebelumnya kita naikkan cukai rokok, menyebabkan harga rokok meningkat. Sehingga keterjangkauan terhadap rokok juga akan semakin menurun. Dan dengan demikian diharapkan konsumsinya akan menurun," jelasnya.

Simak Video 'Pemerintah Naikkan Cukai Rokok 10% Tahun Depan!':

[Gambas:Video 20detik]

Aula Madya, UINJKT Online – Sebuah penelitian yang dilakukan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia menunjukkan, penyumbang cukai rokok terbesar di Indonesia didominasi penduduk miskin.  Sebagian besar dari mereka hanya mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD).

“Hasil pendapatan dari kerja keras orang miskin, yakni sekitar 8 sampai 9 persen, ternyata hanya digunakan untuk belanja rokok. Tak heran jika cukai rokok Indonesia yang mencapai Rp 47,72 tiliun per tahun sebagian besar berasal dari kocek orang miskin,” kata Kepala Perencana Anggaran Universitas Atmajaya Ir Supriyadi MM dalam Dialog Interaktif bertema “Fenomena Merokok Ditinjau dari Berbagai Aspek” yang digelar BEMJ Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) di Aula Madya, Jumat (29/5).

Menurutnya, meski pemerintah mendapatkan pemasukan yang sangat fantastis dari cukai rokok, namun di sisi lain pemerintah harus menanggung biaya kesehatan para perokok berat sebesar 7,5 kali lipat dari cukai yang diterima negara. Biaya tersebut memang tidak disalurkan secara langsung. Pemerintah menyalurkan dalam bentuk pembangunan untuk pembangungan sarana dan pra sarana kesehatan.

Seperti diketahui, fakta menunjukkan,  hampir 80 persen penderita kanker paru-paru didominasi kaum adam yang menjadi perokok berat. Bahkan, disinyalir setiap 10 detik di dunia didapati satu orang meninggal akibat rokok. Jika dikalkulasikan, dalam satu tahun rokok menelan korban kematian hingga  4 juta orang di dunia.

Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2008 menempatkan Indonesia sebagai negara terbesar ketiga di dunia dengan persentase perokok berat terbanyak. Bahkan Indonesia mendapat ‘penghargaan’ asthray award atau negara keranjang nikotin dari WHO.

Menurut Supriyadi, kini di Indonesia terdapat 12 hingga 13 juta orang yang bergantung pada bisnis rokok, dari petani tembakau atau cengkeh sampai pengecer. Namun, ironisnya yang mendapatkan untung dari bisnis rokok didominasi pengusaha asing alias bukan pribumi.

Persoalan rokok menjadi kian runyam akibat banyaknya perokok berat yang menjadikan pemerintah  tidak konsisten dengan undang-undang. Sejak dulu sampai sekarang pemerintah hanya membuat rancangan undang-undang (RUU) dan tak kunjung disahkan DPR. Pemerintah seolah tinggal diam karena telah mendapat upeti dari pengusaha rokok. Di samping itu, pemerintah juga seolah tak mampu membatasi iklan rokok di media massa baik cetak maupun elektronik.

Menghilangkan perokok dari bumi Indonesia tampaknya hal mustahil, namun menurut Kepala Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI, Dr Abidinsyah Siregar DHSM M Kes, hal itu dapat dilakukan dari lingkungan terdekat.  ”Untuk menghilangkan perokok di lingkungan kita, pertama diupayakan dari diri sendiri karena kalau sudah dimulai dari diri sendiri, orang lain pun akan mengikuti, kemudian dilanjutkan dengan teman kita, lingkungan dimana kita berada dan tempat-tempat umum untuk membuat penertiban kawasan tanpa rokok, namun untuk yang satu ini perlu koordinasi dengan pemerintah daerah atau kota” tuturnya. []

Jika ada merek rokok yang membuatmu ingin segera kaya, jawabannya hanya satu: Rokok Tolak Miskin

Rasanya, hampir tidak ada orang yang mau hidup miskin. Karena setiap orang punya kecenderungan ingin merasakan hidup jadi orang kaya. Banyak duitnya. Atau minimal punya cukup duit untuk melakukan apa saja. Sesuai dengan kebutuhannya.

Bagaimana caranya. Itu soal lain. Yang penting halal. Karena persepsi orang banyak duit itu bisa melakukan apa saja. Mungkin itu pula yang jadi konsep terciptanya rokok dari pabrikan asal Kudus ini: Tolak Miskin. Karena konsep hidup kebanyakan orang selalu kepingin kaya.

Mungkin harapannya pemilik pabrik, orang yang merokok ini biar punya semangat untuk tidak miskin lagi. Harapannya, dengan membeli rokok Tolak Miskin bisa membangkitkan sugesti orang yang merokoknya agar bisa jadi kaya. Semoga aja. Amin.

Konsep penamaan brand rokok dari Kudus ini memang sangat menggelitik kesadaran kita. Karena jika melihat kondisi zaman sekarang, duit merupakan hal yang paling utama bagi kebutuhan manusia. Makanya kemiskinan harus ditolak. Harus ditindas. Impian hidup kaya harus diraih.

Tolak Miskin! Seperti slogan dengan penekanan khusus. Buat mereka yang merasa hidupnya miskin. Dan punya semangat ingin kaya.

Dengan merokok Tolak Miskin kita sudah membangkitkan harapan untuk menjadi kaya. Karena benteng terakhir fitrah manusia adalah harapan. Bukankah kita boleh dan bebas berharap menjadi kaya? Berharap tidak miskin lagi.

Makanya, anda yang merokok rokok ini sudah melakukan ikhtiar menjaga harapan agar bisa kaya. Berharap agar tidak miskin lagi. Gak percaya? Coba aja rokok ini. Rokok Tolak Miskin! Agar tumbuh harapan bisa menjadi orang kaya. Amiiiin🤲.